Awal Pergerakan Sarekat Dagang Islam Yang Kemudian Bertransformasi Menjadi Sebuah Partai Politik Syarikat Islam Indonesia

Cikal bakal SI adalah perkumpulan yang bernama “Sarekat Dagang Islam” yang didirikan di beberapa kota yang berlatarbelakangkan persaingan dagang dengan Cina. H. Samanhudi mempeloporinya di Solo, lalu R. Tirtoadisurjo di Bogor.

Asal usul pembentukannya dalam versi yang berbeda diajukan oleh Takashi Shiraisi (1997) sebagaimana dikutip dalam Tempo 21 Agustus 2011. Pada tahun 1912, Tjokroaminoto yang menggantikan Samanhudi mengganti dan mengubah sebutannya menjadi Sarekat Islam yang tidak hanya bertujuan ekonomi, tetapi juga politik dan agama. Sartono Kartodirdjo (1990: 107) menyebutkan bahwa “berbeda dengan gerakan-gerakan lainnya, Sarekat Islam merupakan total, artinya tidak terbatas pada satu orientasi tujuan, tetapi mencakup pelbagai bidang aktivitas, yaitu ekonomi, sosial, politik dan cultural.

Tambahan pula di dalam gerakan itu agama Islam berfungsi sebagai ideologi sehingga gerakan itu lebih merupakan suatu revivalisme ( adalah gerakan pemikiran Islam Kontemporer yang berusaha membersihkan dan mengembalikan pemahaman dan pengamalan ajaran Islam kepada Islam murni). , yaitu kehidupan kembali kepercayaan dengan jiwa atau semangat yang berkobar-kobar.” Sementara Abdurrachman Surjomihardjo (1986: 47) menjelaskan bahwa “perkumpulan itu hanya menerima orang Muslim, tidak karena Sarekat Islam itu menjadi suatu partai agama, tetapi karena pertimbangan bahwa hanyalah Islam dapat dipergunakan dengan berhasil sebagai alat pengikat bagi penduduk Hindia yang heterogen itu.

Yang berada di luarnya dengan itu akan terbatas pada bagian kecil yang tidak berarti. Bahwa Sarekat Islam bersifat nasionalis Hindia, ternyata dari anggaran dasarnya, dimana terdapat ketentuan bahwa orang Islam berkebangsaan asing tidak boleh menduduki tempat-tempat penting di dalam pimpinan partai…”

LAHIRNYA SYARIKAT ISLAM

Adakanlah dari antara kami suatu golongan umat, yang mengajak kebaikan dan melakukan amar ma’ruf nahi munkar (memerintah kebajikan dan membasmi kemungkaran dan kedzaliman). Mereka itulah orang-orang yang mendapat kemenangan. (QS. Ali-Imran 104).

Sesungguhnya Islam adalah agama Allah, dan suatu peraturan yang paling sempurna sekali yang diberikan oleh Allah SWT kepada manusia untuk mencapai keselamatan di dunia dan akhirat. Tidak ada lain agama yang telah menimbulkan kehidupan baru serta menimbulkan perubahan yang begitu luas kepada para pemeluknya sebagai agama Islam, ialah seuatu kehidupan yang meliputi segala segi dari bidang perbuatan manusia. Islam itu mengadakan suatu perubahan yang mengenai orang perorangan, telah mengadakan perubahan dalam hubungan kekeluargaan, telah mengadakan perubahan mengenai pergaulan masyarakat, pengembangan bangsa dan negara. Islam telah rnemajukan soal-soal yang berlalian dengan moral dan material, telah rnemajukan kecerdasan akal dan mensucikan bathin serta agama Islam telah menimbulkan revolusi besar yang mengangkat peri kemanusiaan dari derajat yang rendah sampai kepada tinggi, puncaknya peradaban Islam dalam satu masa yang kurang dari seperempat abad saja. Islam telah menunjukan kesempurnaannya dalam membentuk suatu umat yang bersatu, sebagaimana telah terbukti dalam sejarah pada zaman Nabi Muhammad Saw.

Bangsa Arab yang semenjak zaman purbakala senantiasa hidup dalam perpecahan berupa berbagai jenis kabilah yang selalu dalam perselisihan dan permusuhan antara satu kabilah dengan kabilah lainnya, sehingga segenap bangsa dan negerinya terancam binasa, sakan-akan mereka berada di tepi jurang neraka sebagaimana digambarkan dalam Al-Qur’an, surah Ali-Imran:102, maka kibilah-kabilah dan golongan-golongan yang senantiasa berselisihan dan berperang antara satu dengan yang lainnya itu, terhimpunlah menjadi satu umat yang bersatu, umat yang mempunyai kekuatan lahir bathin sehingga kerajaan-kerajaan yang terbesar yang sezaman dengan mereka seperti kerajaan Rum dan Persi, takluk dan tunduk kepada meraka. Berhubung dengan itu maka untuk menyusun umat Islam yang bisa hidup bersatu dan bersaudara dan untuk mengangkat derajat mereka, serta menyelamatkan mereka dari injakan-injakannya kaum kapitalis dan imperialis, perlu dibentuk suatu pergerakan rakyat yang dapat memimpin dan membiming mereka ke arah cita-cita yang mulia dan luhur tersebut.

Mengingat adanya rupa-rupa halangan yang dihadapi oleh SDI seperti telah diterangkan diatas dan mengingat tambah meningkatnya kesadaran rakyat untuk meneruskan perjuanggannya seperti nampak bergelora dimana-mana maka perlu dilahirkan suatu pergerakan yang lebih kuat dan lebih luas dari pada SDI tersebut. Selain dari pada itu mengingat bahwa lebih dari 85% rakyat Indonesia adalah pemeluk agama Islam maka untuk mempersatukan mereka dalam satu tali ikatan persatuan yang kuat hendaknya pergerakan tersebut berasaskan Islam. Oleh karenanya, maka setelah diadakan perhubungan oleh para pemimpin pimpinan SDI dengan ketua Oemar Said Cokroaminoto, pada waktn beliau ada di Surabaya didirikanlah suatu perkumpulan dengan nama Syarikat Islam yang berpusat di kota Surabaya. Selanjutnya pada tanggal 10 September 1912 diletapkan Anggaran Dasar Syarikat Islam dengan Akte Notaris, dan ditetapkan juga bahwa Ketua OS Cokroaminoto menjadi wakil mutlak dari 11 orang anggota pengurus lainnya yang tinggal di Solo. Adapun maksud dan tujuan Syarikat Islam (SI) pada waktu itu diletapkan sebagai berikut:

a. Menyusun masyarakat Islam, agar bisa hidup berkumpul menjadi bersaudara.

b. Menggerakan hati umat Islam, supaya bersatu dan bertolong-tolongan.

c. Di dalam lingkungan dan batas undang-undang negara melakukan segala daya upaya untuk mengangkat derajat rakyat, guna kesentausaan dan kemakmuran tanah tumpah darahnya.

Pada tanggal 14 September 1912 oleh ketua OS Cokroaminoto telah dimintakan pengesahan atas Anggaran Dasar Syarikat Islam tersebut kepada Pemerintah Kolonial, tetapi Gubernur Jendral belum mau mengesahkannya, sebelum mendengar pertimbangan para penasehatnya, dalam masa yang sangat singkat Syarikat Islam telah menjadi gerakan masa yang sangat luas pengaruhnya, dan berduyun-duyun orang masuk menjadi anggota Syarikat Islam dari berbagai macam lapisan masyarakat, baik dari kalangan pedagang, petani, kaum buruh, intelektual, ulama, santri, baik penduduk kota maupun peududuk desa bahkan banyak pemimpin-pemimpin Budi Utomo meninggalkan Budi Utomo masuk ke dalam SI, tidak itu saja golongan kristen yang nasionalis seperti E.F.E. Douwes Dekker masuk dalam Syarikat Islam (Kiblat No. 1 thn XXXI Halaman 5).

Untuk lebih meyakinkan kita terutama generasi muda Islam bahwa Syarikat Islam itu tidak hanya merupakan permulaan perjuangan kemerdekaan Indonesia, bahkan benih yang asli dari pada pergerakan kemerdekaan Indonesia, dapatlah kila baca dari tulisan HA. Salim dalam bukunya “Hidup dan Perjuangan HOS Cokroaminoto” tersebut yang isinya demikian : “Nama itu yang setepat-tepanya (SI) untuk pergerakan yang meliputi sekalian rakyat dimasa itu, sebab yang dinamakan ……. atau Inlander yang setegas-tegasnya ialah rakyat bangsa Islam dan kata Inlander atau Bumi putra dalam bahasa resmi disalin orang dengan kata “orang selam” dalam bahasa sehari-hari sendiri. Golongan-golongan diluar Islam tiap-tiapnya ada nama sebutannya sendiri-sendiri sebagai “Inlandshe Christenen, Dajaks, Bataks, Toraja’s, Depokkers, Timorezan dan sebagainya.

Pun dari mulanya pergerakam Syarikat Islam dalam menuntut hak-haknya bagi rakyat dan membela kepentingan-kepentingan rakyat sekali-kali tidak membeda-bedakan antara rakyat beragama Islam dengan yang beragama lain-lain”. Selanjutnya Ali Murtopo menamakan gerakan Syarikat Islam, Budi Utomo dan lain-lain, itu merupakan gerakan kesadaran nasional yang selanjutnya bertindak pada ikrar nasional para pemuda Indonesia tahun 1928 (Berita Buana 31-7-1981). Dimana mana diadakan rapat-rapat umum Syarikat Islam yang kemudian diikuti dengan pembentukan cabang-cabang (lokal) Syarikat Islam serta penyusunan pengurus, dan dengan melalui pembai’atan (sumpah setia) rakyat berduyun-duyun masuk menjadi anggota SI itu dengan ikhlas dan rela dan ia berjanji akan melakukan segala peraturan yang telah ditetapkan oleh Syarikat Islam. Selain dari itu juga ditegaskan dalam bai’at tersebut bahwa ia akan menjalankan perintah agama Islam dan akan menjauhi larangan-larangannya.

Dalam rapat umum itu selain diterangkan asas dan tujuan Syarikat Islam, juga dikemukakan tuntutan-tuntutan rakyat dan keluh kesah yang dideritanya, baik dalam soal sewa menyewa tanah, maupun mengenahi soal perburuhan, soal perekonomian, dan penderitaan rakyat di tanah-tanah pertikelir yang selalu mendapat tekanan dan tindasan dari tuan-tuan tanah yang bertindak sewenang-wenang. Dalam beberapa bulan saja sesudah didirikan Syarikat Islam Cabang Jakarta saja telah mempunyai anggola sebanyak 12.000 orang.

Dengan kepesatan dan kemajuan Syarikat Islam, dimana-mana kaum muslimin mulai giat menjalankan perintah agamanya, mesjid-mesjid semakin hari bertambah penuh dengan orang-orang yang menjalankan ibadah, mulai didirikan mandrasah-madrasah Islam dimana-mana, serta tabiigh-tabligh dan pengajian-pengajian mulai ramai, sedang diwaktu ada kematian para anggota berkumpul untuk beramai-ramai mengantarkan jenazah ke kubur. Suasana Persaudaraan dan kegotong royongan mulai terkembang dengan pesatnya, sedang semangat perjuangan kian tambah berkobar. Pengaruh Syarikat Islam dalam masa yang relatif pendek bukan saja telah meliputi pulau Jawa Madura dan meluas sampai keluar jawa, tetapi sampai berpengaruh dikalangan kaum muslimin Indonesia yang tinggal di tanah suci Mekah, setelah mereka mendengar kemajuan SI yang diberitakan oleh para jamaah haji datang dari Indonesia.

Setelah dilakukan penyelidikan yang mendalam. maka beberapa Ulama ditanah suci Mekah mengarang kitab yang menjelaskan asas dan tujuan Syarikat Islam baik kitab yang ditulis dalam bahasa Arab manpun yang ditulis dalam bahasa Indonesia huruf arab.

Dan tidak jarang dari para ulama tersebut yang membacakan dan mengajarkan kitab karangannya tentang Syarikat lslam itu kepada para muridnya dalam pengajiannya yang diadakan di Masjidil Haram.

Dengan demikian tidak heran apabila para jemaah haji yang pulang dari tanah suci Mekah itu telah mendapat pengertian yang agak mendalam tentang asas dan tujuan Syarikat Islam dan bahkan tidak jarang yang kembalinya dari tanali suci itu sambil membawa oleh-oleh berupa kitab-kitab yang bertalian dengan Syarikat Islam yang sudah dikajikan di Masjidil Haram bahkan ada juga yang membawa beberapa exemplar untuk dibagikan kepada para sahabatnya ditanah airnya. Dengan adanya propaganda yang dilakukan oleh para ulama di tanah suci Mekah, serta dengan penyebaran kitab-kitab Syarikat Islam termasuk, ditambah pula kegiatan propaganda yang dilakukan oleh para pemimpin Syarikat Islam diseluruh pelosok-pelosok Indonesia, terutama karena kecakapan dan kepandaian OS Cokroaminoto di dalam menguraikan asas dan tujuan Syarikat Islam dan di dalam membangkitkan dan menggelorakan semangat perjuangan rakyat maka tidak heran manakala dalam waklu yang sangat singkat Syarikat Islam mendapal kemajuan yang sangat mengagumkan. Diantara kitabkitab yang dikarang oleh para ulama di Mekah yang isinya menerangkan tentang asas dan tujuan Syarikat Islam, ialah :

1. Kitab Tanbihul Anam karangan K. Achmad Hatib dari Minangkabau, tebalnya kurang lebih 100 halaman bahasa arab dengan huruf arab.

2. Kilab Da’amal Idzom. Bahas Arab hurufnya Arab tebalnya kurang lebih 12 halaman karangan Kyai Muhtar Attarid Natanegara Ulama Mekah yang berasal dari Bogor.

3. Kitab Sya’ir Syarikat Islam bahasa Arab hurul arab tebalnya 8 halaman karangan Kiyai Tubagus Syadeli Uama Mekah yang berasal dari Banten.

4. Kitab Syarikat Islam bahasa Indonesia huruf Arab tebalnya 8 halaman karangan Kiyai Hasan dari Lengkong Tangerang.

KONGRES SYARIKAT ISLAM PERTAMA

Baru saja empat bulan berdirinya Syarikat Islam, maka pada tanggal 20 Januari 1913 telah dapat diadakan Kongresnya yang pertama bertempat di Stadion Surabaya, yang mendapat kunjungan puluhau ribu orang. Pada waktu itu mulailah nampak Syarikat Islam sebagai organisasi dan dibangunkanlah pucuk pimpinan Syarikat Islam dimana ditetapkan ketuanya Saudara Haji Samauhudi dan Wakil Ketuanya OS Cokroaminoto. Ada pun yang dibicarakan dalam kongres tersebut antara lain sekitar soal sosial dan ekonomi, dan menanamkan semangat kebangsaan dan keagamaan. Dua bulan setelah Kongres pertama, pimpinan Syarikat Islam pergi ke Bogor menghadap Gubernur Jendral untuk minta pengesahan Anggaran Dasar Syarikat Islam yang sejak beberapa lalu telah disampaikannya. Gubernur Jendral menolak untuk mengesahkan anggaran Dasar SI yang disampaikan kepadanya dan dalam surat Keputusan tentang penolakan tersebut ditegaskan bahwa : “Hendaknya ada kenyataan bahwa perkumpulan akan tetap dapat berdiri tegab sedang kekuasaan akan teratur baik. Dan belumlah dapat pula diyakinkan bahwa SI ada mempunyai pusat pimpinan yang kuat yang akan sanggup membatasi sekalian ucapan perkumpulan yang bercabang-cabang di daerah yang luas, sehingga ia tinggal di dalam batas-batas yang dikehendaki oleh para pemimpin, setuju dengan isinya Anggaran Dasar”.

Demikianlah alasan yang tercantum dalam surat keputusan penolakan tersebut, yang oleh Gubernur Jendral diberitahukan kepada para anggota Pucuk Pimpinan SI yang beraudensi pada tanggal 29 Maret 1913. Berhubung dengan itu, maka dibuatlah Anggaran Dasar bagi perkumpulanperkumpulan lokal Syarikat Islam yang berbnnyi sebagai berikut: Dengan tidak bertentangan dengan hukum Islam dan menurut jalan yang tidak melanggar undang-undang negeri, hukum adat, peri kesantunan, serta tidak akan mengancam kepada keamanan umum, perkumpulan bermaksud hendak :

a. Memajukan kepentingan-kepentingan rakyat Bumi Putra di dalam perkara mengusahakan tanahnya, Perniagaan dan kerajinanya, kewarasan tubuhnya, pendidikanya, dan memperbaiki pelajaran disekolahnya, guna mencapai cita-cita.

b. Menghilangkan segala paham yang salah tenlang paham agama Islam dan menyempurnakan kehidupan rakyat Bumi putra Islam, dalam ia memenuhi kewajibannya sebagai orang yang beragama dan bertuhan.

c. Mempersatukan anggota-anggota dengan ikatan yang teguh dan membangunkan hati mereka, supaya tolong menolong di dalam segala kesusahan. Lain dari pada itu, perkumpulan akan memberi tunjangan pada sekalian anggota yang mendapat kesusahan diluar salahnya diri dan tidak disengaja perkumpulan akan berusaha melakukan kerja sama dengan sekalian perkumpulan-perkumpulan sesaudara bertujuan sama.

PENGESAHAN ANGGARAN CSI

Makin hari semakin bertambah banyaklah berdirinya Lokal-lokal Syarikat Islam dimana-mana. Untuk memimpin gerak dan langkah lokal-lokal Syarikat Islam tersebut, maka pada tahun 1951 dibentuk sebuah Majelis “Central Syarikal Islam” (CSI), dimana duduk dalam pimpinannya antara lain ketua OS Cokroaminoto, Abdul Muis dan R. Sosrokardono. Pada tanggal 18 Maret 1916 Anggaran Dasar dari Central Syarikat Islam itu diakui sah oleh Pemerintah Kolonial dan mendapat rechtspersoon. Dalam maksud dan tujuannya dari Anggaran Dasar tersebut dijelaskan sebagai berikut: “Mengusahakan berdirinya perkumpulan-perkumpulan yang hendak mengangkat derajat kehidupan rakyat, baik jasmani, maupun rohani, memberikan pertolongan kepada sekalian perkumpulan-perkumpulan Lokal Syarikat Islam yang menggabungkan diri, baik berupa tunjangan maupun nasehat, mengusahakan supaya perkumpulan lokal itu terkait erat antara yang satu dengan yang lain, dan bekerja sama disegala lapangan, mempertahankan hak-hak Islam dan meluaskan syi’ar agama itu”.

Perlu ditambah penjelasan disini, bahwa dalam kartu anggota perhimpunan Cantral Syarikat Islam, yang dikeluarkan tanggal 23 Oktober 1917 dan ditandatangani oleh Ketua OS Cokroaminoto sebagai Voozitter, dan Sosrokardono sebagai Sekretaris, kecuali dicantumkan lambang Bulan Bintang berwarna merah dibagian muka juga dibagian belakang dari kartu tersebut dilukiskan gambar yang sangat indah dan mempunyai arti yang penting sekali, dimana antara lain tercantum gambar banteng dalam sebuah lingkaran besar berbentuk hati. Dengan lukisan tersebut tergambar bahwa hati dan jiwa bangsa Indonesia di dalam memperjuangkan kemerdekaan itu adalah berjiwa Banteng. Dan dalam lingkaran besar yang berbentuk hati itu selain dilukiskan gambar banteng juga tercantum kata-kata dalani huruf Jawa Mardiko yang artinya Merdeka dan Kawoso artinya Berkuasa dan dibawah gambar banteng tercantum pula semboyan dalam bahasa Indonesia huruf Arab yang berbunyi: Kemauan, kekuatan, kemenangan. Diatas lingkaran besar berbentuk hali itu terpancar sinar matahari, bulau dan bintang yang terkumpul dalam satu bunderan, dan sekitar sinar cahaya tersebut tercantum ayat suci Al-Quran yang berbunyi: Innamal Mu’minuna Ihwatun artinya Sesungguhnya sekalian orang Mukmin itu bersaudara dan tercantum semboyan perjuangan yang berbunyi Billahifii sabilil-haq yang artinya, Dengan pertolongan Alloh kita menuju jalan yang benar. Selanjutnya disekeliling lingkaran besar yang berbentuk hati itu pula bermacam-macam alat senjata dan alat perjuangannya, seperti keris, cakra, panah, rencong, tombak, dan sebagainya, demikian pula digambarkan tujuan perjuangan adil makmur, yaitu dengan adanya lukisan gambar timbangan dan gambar padi. Pada bagian bawah dicantumkan Hadis Nabi Muhammad saw, yang berbunyi: Al-Mu-minu Lil Mu-minikal-bunyan, yasuddu ba’dhubu badho artinya: Hubungan antara orang mukmin dengan orang mukmin itu adalah seperti sebuah bangunan sedang dibagian paling bawah dicantumkan gambar ketua OS. Cokroaminoto. Kartu anggota semacam itu masih banyak tersimpan baik-baik oleh keluarga yang orang tuanya dahulu menjadi anggota Syarikat Islam. Untuk keterangan tentang kartu anggota tersebut dibawah ini saya terakan lukisan gambar yang disusun oleh beliau tahun 1917.

Bagikan Artikel ini untuk mendapatkan kebaikan
Khoirul Azam
Khoirul Azam
Articles: 19